Selasa, 08 Oktober 2019

Kenali & Hadapi Depresi Bersama dr Jiemi Ardian

Iseng meilhat instagram story milik akun Kumparan.com siapa tahu ada informasi giveaway, lalu mendapat informasi akan diadakan KumparanTALK oleh teman kumparan dengan tema Kenali & Hadapi Depresi bersama dr Jiemi Ardian SpKJ yang berlangsung di Grup WhatsApp "Teman kumparan MILENIAL" lalu kuusap ke atas story tersebut yang langsung menghubungkan ke grup WhatsApp-nya.
Masuk ke dalam grup 3 hari sebelum dimulainya acara, admin teman kumparan menyapa dan memberikan 4 slot pertanyaan ke anggota grup yang berjumlah lebih kurang 250 anggota yang akan ditanyakan mengenai depresi pada dokter Jiemi nantinya. Lalu hari Selasa, 8 Oktober pukul 17.00 dengan bimbingan mimin kumparan kak Intan Puspa acara dimulai dr Jiemi masuk dalam grup menyapa menggunakan nomor teman kumparan. Berikut adalah pertanyaan yang sebelumnya sudah disiapkan serta jawaban langsung dari dokter Jiemi:



1. Kenapa depresi membawa efek negatif terhadap berat badan? (Izzatul Jannah)
Jawab:

  • Menjawab pertanyaan pertama, depresi merupakan sebuah kondisi gangguan jiwa yang berbeda dengan sekadar perasaan biasa. Depresi berbeda dengan sedih, berduka, patah hati, putus asa, depresi bukan sekadar emosi. Pada depresi terjadi perubahan respon tubuh, keluarnya hormon stres, faktor peradangan, peningkatan nyeri, perubahan gula darah, tekanan darah, perubahan volume daerah otak, dll. Pada depresi kondisi tubuh benar-benar berubah. Jadi ini bukan sekedar perasaan sedih.

  • Pada kondisi depresi terjadi perubahan hormon stres yang bernama kortisol. Kortisol ini bersama-sama dengan insulin dan hormon glukagon mengatur masuk dan keluarnya gula dalam sel tubuh. Belum lagi juga ada perubahan pola makan pada kondisi depresi, sehingga wajar sekali terjadi perubahan berat badan pada depresi yang tidak diobati.
  • Perubahan berat badan pada depresi tidak terjadi hanya karena perubahan perasaan belaka, tapi memang ada sistem fisiologi tubuh yang benar benar berubah. Dan hal ini jugalah yang mengakibatkan masalah kesehatan secara keseluruhan. Mulai dari diabetes mellitus, hipertensi, serangan jantung, penurunan sistem imun, beberapa jenis kanker hingga kematian dini.
Gitu kurang lebihnya si teman teman, jadi depresi memang mengubah fungsi tubuh bukan hanya mengubah perasaan. Makanya berat badan (dan ragam fungsi tubuh lain) bisa terganggu.

Izzatul Jannah kembali bertanya "Dokter, apa yang harus dilakukan supaya berat badan kita kembali normal?"
Jawab:

  • Seiring dengan pengobatan dan perbaikan kondisi depresi, berat badan akan berangsur memulih. Bisa juga dibantu dengan pemilihan makanan yang sehat, seperti diet mediteranian misalnya. Menggunakan ragam sayur yang luas(+-10 jenis sayur per minggu), karbohidrat kompleks, kurangi makan instant, junk food, tetap konsumsi daging secukupnya(serotonin yang didapat dari daging dibutuhkan dalam perbaikan depresi), atau bisa juga dengan kacang kacangan. Walaupun demikian, yang terpenting adalah memperbaiki kondisi depresinya, karena itu penyebab berat badan terganggu. Jika masih terus terganggu, mungkin perlu pergantian obat obatan atau pengaturan diet yang lebih spesifik dari dokter bersangkutan
Jangan tergiur dengan suplemen meningkatkan nafsu makan, atau suplemen untuk mengubah berat badan. Karena bukan disana permasalahannya. Atur saja pola makan menjadi lebih sehat dan seimbang, pastikan juga kita tetap berolahraga ya!

2. Semakin bertambahnya usia seseorang, apakah mereka bisa mengendalikan depresi dengan sendirinya? Tapi kenapa banyak orang tua yg melakukan bunuh diri dengan alasan depresi? (A. Fadhil Arbaat)
Jawab:

  • 100 tahun lalu, usia seseorang pertama kali mengalami depresi rata rata adalah usia 30an tahun. Akhir akhir ini usia seseorang pertama kali mengalami depresi sudah berada di 15 tahun. Beragam faktor memengaruhi hal ini. Bukan berarti generasi sekarang lebih lemah(jelas ini pengambilan kesimpulan yang sangat keliru), melainkan beragam faktor yang saling berinteraksi membuat generasi sekarang lebih rentan mengalami depresi ketimbang generasi orang orang tua kita.


Hampir 20% anak remaja mempertimbangkan bunuh diri setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri bagaimana?

  • Ada sekitar 800.000 kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia setiap tahunnya, di Indonesia sendiri ada 10.000 kematian akibat bunuh diri setiap tahunnya. Kalau bingung dengan angka 10.000, coba bayangkan plenary hall dari JCC. Kapasitas plenary hall JCC itu ada sekitar 5 ribu orang, dalam satu tahun ada 2 kali jumlah plenary hall JCC yang mengalami bunuh diri. Setiap 40 detik ada 1 orang meninggal akibat bunuh diri, jadi coba hitung saja sudah berapa lama kita kuliah WA hari ini dan ada berapa orang yang meninggal sepanjang kita sedang chat seperti ini. Bunuh diri juga menjadi penyebab kedua kematian seseorang berusia 15 sampai 29 tahun, ini bukan sesuatu yang bercanda lagi. Stigma, diskriminasi dan tuduhan tidak bersyukur atau tidak beriman sudah tidak relevan untuk menangani kondisi ini. Bersama-sama kita perlu bergerak mempelajari depresi secara benar dan mendorong seseorang mendapatkan kembali kehidupannya.

  • Di seluruh dunia depresi menyerang lebih dari 300 juta jiwa. Depresi juga sudah menjadi penyebab disabilitas dunia. Kalau teman-teman belum familiar dengan istilah disabilitas, mari kita bayangkan pasien sakit jantung atau sakit stroke. Setelah menderita sakit jantung atau sakit stroke seseorang tidak mampu kembali aktif seperti sedia kala. Adakalanya aktivitas fisik yang terbatas, atau mungkin aktivitas mental yang terbatas. Nah pada depresi inilah yang terjadi, disabilitas pada aktivitas. Seseorang dengan depresi bukannya malas melakukan aktivitas,  dia TIDAK MAMPU melakukan aktivitas sewajarnya. Kenapa? Karena depresi bukan hanya gangguan pikiran dan perasaan namun juga gangguan fisik. Kesulitan konsentrasi dan kehilangan energi yang dirasakan itu nyata adanya. Bukan dibuat-buat karena malas. Sehingga kalau sudah begini adalah sia-sia memberi motivasi, karena dia bukan kurang motivasi tapi kurang sehat. Kalaupun memberi motivasi maka berilah motivasi untuk mendapatkan pertolongan secara nyata.

  • Setiap rentang usia memiliki risiko kerentanannya masing-masing. Beberapa puluh tahun yang lalu usia awal penderita depresi ada pada usia 30 tahun, akhir-akhir ini usianya mulai bergeser hingga usia belasan tahun. Dan diusia yang sudah sangat tua atau di atas 60 tahun, risiko depresi juga meningkat dengan pesat. Sementara di usia dewasa muda sampai saat ini juga masih merupakan puncak terjadinya depresi. Depresi tidak berkaitan dengan pengendalian diri, sama seperti kita tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak bersin ketika sedang flu berat. Kita bisa menahan sekali tidak bersin tapi tetap akan terus bersin. Pada kondisi penuaan, otak sudah mengalami penurunan fungsi, kematian saraf di daerah tertentu juga mengakibatkan risiko terjadinya depresi. Itu kenapa depresi pada orang tua butuh diobati, tidak bisa hanya dinasehati. Karena otaknya secara struktural sudah berubah dan terganggu.
  • Bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak usia 15-29 tahun. Itu gak main main, kalau diperhatikan grafiknya bahkan kematian akibat bunuh diri pada usia itu lebih banyak daripada karena pembunuhan. Bahkan penyakit jantung bawaan pada anak yang kita takutkan, masih kalah angka kematiannya dengan angka kematian bunuh diri.

3. Kecemasan di level apa yang mengharuskan kita ke pskiater? (Rizki D. Anggraini)
Jawab: Kapan kita tahu butuh ke profesional? Kalau sudah ada 4D
  • D 1: Distres/Penderitaan. Artinya baik pikiran, perasaan atau perilaku secara konsisten menimbulkan penderitaan sehari hari. Sampai mengganggu aktivitas dan keseharian
  • D 2: Disability/Ketidakmampuan. Dulu biasanya mampu bekerja sekarang nggak, dulu biasanya rajin sekarang susah, dulu tidur mudah sekarang susah, dulu belajar cepet sekarang baca aja susah dst.
  • D 3: Danger/Perilaku berbahaya. Nyilet tangan, mengancam orang lain, ngancem bunuh diri kalo putus, ngancem melukai orang lain kalau keinginannya nggak dituruti. Atau perilaku berbahaya semacam kebut kebutan, minum alkohol berlebihan, berganti pasangan seksual tanpa pengaman, ini masuk kategori D3.
  • D 4: Defiance/Perubahan yang nyata terlihat dari sisi orang lain. Teman kita ada yang sudah complain atau menyatakan ada yang berbeda dari diri kita, mungkin kita perlu mempertimbangkan ke profesional.
Dua dari 4 tanda ini saja sudah cukup untuk artinya kita udah ga boleh ngerjain sendiri, udah harus pake wajib minta pertolongan profesional!

4.  Langkah pertama apa yg harus dilakukan untuk mengatasi stress/depresi pada diri sendiri? (Yomiiii)
Jawab:

  • Penanganan depresi yang terbaik adalah kombinasi antara konseling/psychotherapy dengan farmakoterapi/obat-obatan. Pada kasus depresi berat pengobatan mungkin berjalan selama beberapa bulan hingga hitungan tahun. 
  • Kenapa? Kita tahu sel saraf adalah sel yang paling lambat untuk pulih. Pada kondisi depresi apalagi yang berat dan berkepanjangan, sel saraf sudah banyak yang terganggu. Obat-obatan anti depresan berfungsi untuk mengembalikan fungsi sel saraf yang sudah terganggu ini, dan tentu saja butuh waktu yang semakin panjang jika sel-sel saraf yang terganggu juga semakin luas. Oleh karena itu pengobatan cepat adalah salah satu kunci untuk perbaikan yang lebih cepat. Obat saja sebenarnya juga kurang, kita perlu konseling, juga perlu dukungan psikososial, yang keseluruhannya dilakukan secara simultan dan bersamaan. Tidak saling meniadakan tapi saling berkolaborasi.

  • Diperkirakan sekitar 40 sampai 50% kejadian depresi berhubungan dengan faktor genetik, artinya seseorang memang sudah terlahir dengan kecenderungan gen tertentu untuk mengalami depresi. Bagian ini adalah sesuatu yang tidak bisa kita ubah, namun perlu disadari supaya kita dapat mencari pertolongan lebih awal dan lebih cepat untuk menghindari penderitaan yang lebih panjang.

  • Sisanya adalah faktor psikologi sosial dan spiritual. Bagaimana kita menghadapi stressor, ketrampilan beradaptasi, management stress, pendukung sosial, dan juga faktor spiritual. Keseluruhan faktor ini berpengaruh dalam terjadinya kondisi depresi, bukan hanya salah satu saja. Jadi menyalahkan hanya faktor spiritual untuk menjadi penyebab depresi itu sesuatu yang oversimplifikasi dan keliru. Keseluruhan faktor ini memiliki perannya masing masing dan oleh karena itu perlu diperbaiki secara simultan.

  • Pada kondisi depresi, pikiran kita secara tidak disengaja memfilter pengalaman baik dan mengabaikannya, lalu merekam pengalaman buruk dan menguatkannya, sehingga perasaan menjadi semakin terganggu, akibat pikiran yang semakin berkecamuk. 



  • Yang perlu disadari, kita TIDAK BISA mengubah perasaan. Coba teman-teman renungkan, bisa nggak kita mengubah perasaan. "Saya mau bahagia", terus tiba tiba bahagia. Atau "saya nggak boleh sedih", lalu tiba tiba nggak sedih. Pasti nggak bisa, karena perasaan tidak punya tombol on dan off. Perasaan itu spontan, hasil interaksi pikiran dan perilaku. Perasaan tidak bisa dikendalikan secara langsung
  • Yang bisa dikendalikan adalah pikiran dan perilaku. Jika keduanya mampu dipengaruhi, perasaan(sebagai hasil) akan membaik dengan sendirinya. Masalahnya kadang mengatur pikiran ini juga pekerjaan sendiri, namun lebih mungkin dilakukan ketimbang berusaha mengatur perasaan.

Kalau dijelaskan agak kompeks ya, tapi pada poin pentingnya kita perlu berhati hati dengan filter mental pikiran kita sendiri.

45 menit waktu berlalu dr Jiemi telah menjawab 4 pertanyaan yang sebelumnya telah dipersiapkan tersisa 15 menit, admin grup membuka kesempatan bertanya untuk 3 peserta. Salah satu penanya adalah aku. Berikut ketiga pertanyaan tambahan beserta jawabannya:

5. Apakah normal suicidal thought pada orang yg tidak mengalami depresi?
Jawab: 
  • Pertanyaannya berat sekali nomor 1. Tapi ya, pikiran kebunuh dirian tidak selalu berkaitan dengan depresi. Beberapa penelitian mengaitkan pikiran kebunuh dirian lebih kepada perasaan ketiadaan harapan, dan keputusasaan, ketimbang profil depresi. Walaupun memang sebagian besar pikiran bunuh diri datang dari kondisi depresi, namun tidak selalu.

  • Ada yang menarik juga dari pikiran bunuh diri. Kita sering berpikir pikiran bunuh diri itu tentang "Saya ingin mengakhiri hidup saya sendiri". Padahal tidak selalu demikian. Di kebudayaan barat memang rata rata orang bicara dengan langsung "i want to die", tapi itu jarang di kebudayaan indonesia. Sehingga bentuk yang sering muncul bisa menjadi:

"Boleh nggak dunia kiamat aja", "Boleh nggak aku menghilang aja", "Kayanya mati itu enak", "Bisa nggak aku tenggelam aja" dan sejenisnya yang mengisyaratkan situasi menghilang dari rasa sakit, tapi tidak secara langsung terpikir tentang mengakhiri hidup sendiri.
  • Suicidal thought sudah masuk kedalam D nomor 3, yaitu Danger. Sehingga wajib hukumnya untuk konsultasi. Bukan untuk diceramahi agar "tidak mati", melainkan bersama-sama bertumbuh melampaui rasa sakit.

Karena tidak ada orang yang ingin bunuh diri, yang ada adalah orang yang ingin lepas dari rasa sakit. Sehingga untuk menolong orang yang terpikir bunuh diri, kita perlu menolongnya bertumbuh melampaui rasa sakitnya. Dengan mendorong ke profesional kesehatan mental
Panjang ya.. tapi gitu kira kira. :D

6. Ada beberapa anak yang memutuskan untuk pergi ke yg profesional untuk dirinya. Tetapi, kedua orangtuanya melarang hal ini. Orangtuanya bilang anaknya lebay, nyusahin, ribetin, dan lainnya. Itu kira-kira gimana, dok? (Syasya)
Jawab: 
  • Perbedaan generasi membuat gap besar antar cara berpikir. Sesederhana saya tidak mengerti menariknya EXO atau BTS, demikian juga orang tua saya tidak mengerti dimana menariknya NOAH atau Sheila on 7. Dan kita tidak mengerti bagusnya PANBERS atau Koes Plus. lho saya mengerti bagusnya Panbers dan Koes Plus lho dok, apakah saya sudah tua?

  • Rasa sakit tiap generasi juga tidak bisa dimengerti dengan mudah oleh generasi lainnya. Orang tua kita tidak hidup di zaman dan tekanan yang seperti kita alami. Mereka sudah menjalani kehidupannya dan saat ini dengan cara cara yang mereka anggap benar pada saat tersebut. Namun dunia berubah dengan sangat cepat, penyakit fisik saja berubah dengan sangat cepat. Gangguan jiwa? Juga nggak kalah cepatnya berubah. Akan sulit memahami antar tiap generasi

  • Nggak usah orang tua. Coba perhatikan waktu jaman sekolah berapa banyak pendapat kaya gini "adek kelas tu ya, sekarang ga ada sopan sopannya sama senior", "jaman kita masih jadi junior dulu, kita tu begini begitu", "jaman kami dulu, kami begini begitu". Ini pola yang persis sama dengan pola orang tua kita yang memandang generasi dengan tekanan super besar dan mengalami gangguan jiwa dengan tuduhan tadi "lemah", "ribet", "kurang bersyukur" sesederhana karena mereka tidak mengerti.
  • Lalu apa yang perlu dilakukan? Ada dua hal yang perlu dicoba. Tapi sambil mengingat satu hal: kita TIDAK BISA mengubah orang lain. Kita hanya bisa berusaha memberi pemahaman. Jadi kalau orang tersebut nggak paham paham, sadari, tugasmu hanya berusaha, bukan membuat dia paham. Yang bisa dicoba:
1. Beri pemahaman. Sediakan informasi, bahan bacaan yang benar, flyer, booklet, paper, penelitian, atau apapun yang kiranya berisi informasi benar tentang gangguan jiwa. Sebagai bahan perbandingan tentang infomrasi keliru yang dipegang oleh orang tua kita. Lakukan ini secara konsisten dan persisten
2. Pertemukan dengan penyinyas/survivor/pasien yang sudah membaik dengan pengobatan profesional. Ini lebih efektif ketimbang sekadar pemberian informasi. Karena testimonial tetangga biasanya lebih kuat, maka kita juga perlu kasi testimonial dari penyintas yang sudah membaik.

7. Kebanyakan dr orang yg menderita depresi dlm kasus ini melukai diri sendiri cenderung tertutup dan tidak ingin diketahui orang lain karena khawatir akan pandang buruk yg diberikan orang. Bagaimana cara seseorang yg depresi mengatakan kpda orang terdekat bahwa "saya sedang tdk baik saja dan saya butuh bantuan", dok? (Dhinda)
Jawab: 
  • Tidak semua orang suportif, benar sekali. Membuka diri pada orang yang keliru bisa jadi malah menambah masalah baru bagi permasalahan yang sudah ada. Penting bagi kita untuk menentukan dengan tepat kepada siapa kita akan membuka diri dan bercerita tentang apa yang kita rasakan.
  • Bisa dimulai dengan bercerita yang sederhana jika memang kita belum mengenal teman kita. Dimulai dari "saya merasa.......", perhatikan responnya ketika mendengar kamu bercerita. Jika dengan cerita sederhana dia tidak mampu menanggapi dengan empatik, ingin segera memberi saran, ingin menjadi superhero yang menyelesaikan permasalahan, saran saya carilah teman bicara lain.

  • Atau jika kita sangat kesulitan dalam mencari teman dalam lingkungan pertemanan yang sempit, saat ini banyak tersedia support group yang berisi sesama penyintas. Sehingga akan lebih aman dalam bercerita, karena sama sama memiliki penderitaan yang serupa.
  • Dan ketika bicara, usahakan jangan gunakan kode atau bahasa yang ambigu. Berceritalah dengan bahasa yang mudah dipahami, "saya merasa sedih", "bersediakah kamu mendengarkan", "aku ingin menyakiti diriku, tolong aku". Jangan pakai istilah sulit ketika bercerita.


Pertanyaan tambahan akhirnya selesai dijawab pada pukul 18.14, mimin teman kumparan menutup diskusi sore itu kemudian mempersilakan dokter Jiemi untuk memberikan closing statement.
Gambar rekam otak orang yang mengalami depresi dan orang normal.
Dokter Jiemi berpesan "Ada hal hal yang bisa kita ubah dan ada hal hal yang tidak bisa kita ubah. Jangan berusaha mengubah hal hal yang tidak bisa kita ubah, dan jangan pasrah ketika ada hal hal yang bisa kita ubah. Bertumbuhlah dan berjuang, karena tugas kita adalah untuk bertumbuh, bukan untuk menjadi sempurna."
Depresi itu nyata dan mari ijinkan diri kamu kembali bahagia dengan mendapatkan pertolongan!



Senin, 02 Februari 2015

Malam Mingguan Pertama di Tahun 2015

31 Januari, masih turun hujan berhari-hari genangan air membanjiri kenangan yang terus datang menghampiri.

Udah tahun 2015 nih, kamu belum keliling Kota Magelang? Wah rugi, makanya sempetin keliling Magelang, banyak tempat wisatanya. Ada alun-alun buat nongkrong, buat yang pengen banyak wahananya ada Taman Kyai Langgeng, dan pastinya ada Borobudur coy. Tapi saya tidak akan menceritakan tempat wisata di Magelang. Hehe


Minggu terakhir adalah saatnya berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi atau sekedar duduk-duduk di kafe sambil minum kopi, atau kongkow bareng temen-temen di warung kucingan yang kalau beli nasi harus sama kucingnya. Nasi kucing. Sedangkan saya pergi ke dokter untuk memeriksa luka lecet di mata kaki. Pukul 7 selepas magrib saya berangkat menuju tempat praktek dokter Endang spesialis kulit di Jl. Brigjen Katamso bersama ayah saya. Untuk sampai di tempat praktek membutuhkan waktu 7 hari 7 malam dari Burkina Faso kalau dari rumah saya cuma 15 menit menggunakan mobil, mungkin bisa hanya 1 menit kalau mengenakan jet pack milik Iron Man .

Sampai disana tanpa menunggu antrean saya menunggu dokter yang sedang mendirikan sholat isya' empat rakaat menghadap kiblat. Ya ndakpapa, dahulukan sholat daripada pasien. Beberapa menit kemudian saya turun dari mobil bersama ayah saya, udara malam itu sangat dingin meskipun sudah mengenakan jaket kulit biloe(baca:could it be love) Raisa love you~
...

Nah lalu saya sampai di teras rumah eh lebih tepatnya saya berhenti di depan garasi mobil karena terhalang mobil milik bu dokter. Bu dokter keluar "mana yang sakit?" melihat dan langsung menghampiri saya. Ayah saya membuka perban yang menutupi mata kaki, saya menjelaskan apa keluhan saya. Tanpa mukadimah bu dokter langsung berkata "wah itu infeksi!" kemudian balik kanan maju jalan kembali masuk ke ruangannya, padahal masih ada yang ingin saya omongkan. Ini kayak mau nembak gebetan "eh aku mau ngomong bentar, penting nih" kemudian si cewe berkata "besok aja ya, aku mau pergi sekarang ke Madagaskar". Saya sudah terbiasa dengan sikap dokter yang seperti itu, dari dulu. Mungkin dokter sibuk, mungkin dokter capek, mungkin dokter ... ah dengan segala kemungkinan pokoknya saya sudah terbiasa dengan sikap dokter yang seakan "oh cuma gitu doang". Ya meskipun tidak semua dokter seperti itu. Lalu saya menunggu resep yang telah diberikan, di apotek EMHa milik bu dokter.

Obat sudah diterima dan dijelaskan aturan pakainya oleh apoteker, saya kembali ke dalam mobil. Malam masih panjang, saya diajak berkeliling melihat suasana malam kota Magelang yang sudah lama tidak saya lihat. Dari Jl. Brigjen Katamso turun ke arah Cacaban. Lampu merah menyala di perempatan cacaban mobil berhenti, di depan mobil yang saya tumpangi ada seorang laki-laki mengendarai motor tanpa mengenakan helm hanya memakai kaos dan celana pendek saja. Kurang dari 60 detik lampu hijau menyala tanda boleh melaju, tiba-tiba si pemotor yang tidak mengenakan helm tadi menarik gas sambil mengangkat ban depan motornya. Jumping. Saya tidak tau apa tujuan pemotor tadi cuma iseng, gaya-gayaan, atau pamer sama pengguna jalan lain. Tapi saat itu saya berkata dalam hati rasanya pengen bilang "mas kepalanya lebih keras dari aspal ya, belom pernah koma 7 hari, opname 40 hari?"

Mobil melaju perlahan di Jl. Pahlawan dan baru tau kalau di pertigaan masuk ke SMP 2 sudah ada traffic light. Keren ya? Ya biasa aja kali. Lalu berbelok ke kanan Taman Badakan, ternyata malam hari tempat ini juga dijadikan tempat bermainnya para remaja bukan lagi anak-anak kecil seperti pas siang hari. Waktu saya kecil sering sekali diajak orang tua ke taman ini. Berlarian, naik patung badak, kudanil, liat kecebong di kolamnya, dan beli bakso krikil setelahnya. Saya masih ingat betul. Oh Taman Badakan.

Berbelok ke kanan lagi setelah traffic light, melintas di Jl. Ahmad Yani ke arah alun-alun kota Magelang. Alun-alun agak sepi, mungkin malam itu dingin jadi orang enggan keluar rumah dan lebih memilih selimutan di atas pulau kapuk. Tapi banyak juga kawan-kawan komunitas pemotor yang kopdar, dari SMK Pius para pemotor CBR, bank BCA SUCMA. Diperkirakan jalan di pecinan ramai macet, lagi-lagi belok kanan, alun-alun selatan. Di kiri jalan terdapat komunitas motor YVCI, MBC, MATIC, dll. Kenapa saya menyebut mereka kawan? Sebab dulu saya juga sering kopdar di alun- alun bersama komunitas motor BTC(begarlist touring comunity) Sedangkan di kanan sederet penikmat alun-alun kala malam sedang menikmati kucing dengan nasinya sambil bercengkrama bersama temannya. Membuat saya menghela nafas, dan dalam hati berkata "aku rindu, aku ingin segera kembali seperti dulu kembali bisa melakukan kegiatan seperti biasa" ...

Ke arah barat melalui jalan Mayjen Sutoyo kemudian kali ini belok ke kiri, menuju rumah. Carut marut perasaan dan pikiran mengiringi perjalanan kembali ke rumah. Sungguh aku ingin segera kembali. Malam minggu pertama di tahun ini tanggal tiga puluh satu Januari, semoga aku segera kembali.

Assalamu'alaikum...

Assalamu'laikum...!
Semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu ada pada kalian.
Nama saya Pratama Kumara Ardli namun tahun lalu sudah diganti menjadi Untung Basuki dengan harapan dan do'a orang tua beserta saya agar menjadi orang yang beruntung selamat dunia akhirat, setelah kejadian tahun lalu. Aamiin. Jadi kalau berjumpa dengan saya panggil saja Basuki, jangan panggil Ahok ntar dikira KW duanya pak Ahok. Kan cuma mirip nama kalau mirip wajah bisa dijadikan bintang iklan "saya Ahok KW 2, orang bejo minum lintang 7" hehe.
Sekian blog post saya yang pertama ini, terima kasih~
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.